A. Pengertian
Al-Qur’an
Menurut pendapat yang
paling kuat, seperti yang
telah dikemukakan oleh Subhi Shalih, Al-Qur’an berarti bacaan. Ia merupakan kata
turunan (mashdar) kata qara’a (fi’il madli) denga arti ism
al-maf’ul, yaitu maqru’ yang dibaca (Al-Qur’an dan terjemahannya,
1990: 15). Pengertian ini merujuk pada sifat Al-Qur’an yang difirmankan-Nya
dalam Al-Qur’an (Q.S al-Qiyamah [75]: 17-18). Dalam ayat tersebut, Allah
berfirman:
“ Sesunggahnya atas tanggungan
kamilah mengumpulkanya (didadamu) dan (membuat kamu pandai) membacanya. Apabila
kami telah selesaimembacanya, maka ikutilaah bacaan itu.”
(Q.S al-Qiyamah [75]: 17-18).{[1]}
1.
Pengertian
Etimologi (Bahasa)
Para ulama telah
berbeda pendapat di dalam menjelaskan kata Al-Qur’an dari sisi: derivasi
(Isytiqad), cara melafalkan (apakah
memakai hamzah atau tidak),
dan merupakan kata sifat atau
kata jadian. Sebagian dari mereka, diantaranya Al-Zujaj, menjelaskan bahwa kata
Al-Qur’an merupakan kata sifat yang berasal dari kata dasar “al-qar” (القرا) yang artinya
menghimpun. Kata sifat ini kemudian dijadikan nama bagi firman Allah yang
diturukan kepada Nabi Muhammad,
karena kitab itu menghimpun surat, ayat, kisah, perintah, dan larangan. Atau
karena kitab ini menghimpun intisari kitab-kitab suci sebelumnya.
2.
Pengertian
terminalogi
Menurut kalangan pakar
Ushul Fiqih, Fiqih, dan Bahasa Arab bahwa Al-Qur’an adalah kalam Allah yang
diturunkan kepada Nabi-Nya , Muhammad, yang lafad-lafadnya mengandung mukjizat,
membacanya mempunyai nilai ibadah, yang diturunkan secara mutawatir (oleh orang banyak),
dan yang ditulis pada mushaf, mulai dari awal surat al-Fatihah sampai akhir
surat An-Nash.
a. Menurut Manna Khalil Al-Qaththan,
Al-Qur’an secara etimologis
berasal dari kata “qara’a, yaqra-u, qira-atan, atau qur-anan” yang berarti
mengumpulkan (al-jam’u) dan menghimpun (adh-dhommu) huruf serta kata-kata dari
suatu bagian ke bagian lain secara teratur. Dikatakan Al-Qur’an karena
ia berisikan intisari semua kitabullah dan intisari dari ilmu pengetahuan.{[2]}
كَلَامُ
اللهِ المُنَزًّلُ عَلَي مُحَمَّدٍ صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
اَلْمُتَعَبَدُ بِتِلَاوَتِهِ
Artinya : kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan orang yang membacanya memperoleh pahala.
a.
Menurut Al-Jurjani :
هُوَ اَلْمُنَزَّلُ عَلَى الرَّسُولِ
المَكْتُوبِ فِى الْمَصَاحِفِ اَلْمَنْقُولُ عَنْهُ نَقْلًا مُتَوَاتِرًا بِلَا
شُبْهَةٍ
Artinya : yang diturunkan kepada Rasulullah SAW., ditulis dalam mushaf, dan diriwayatkan secara mutawattir tanpa keraguan.
b.
Menurut kalangan pakar ushul fiqh, fiqh, dan bahasa
Arab :
كَلَامُ اللهِ المُنَزَّلُ عَلَى
نَبِيِّهِ مُحَمَّدٍ ص.م اَلْمُعْجِزِ اَلْمُتَعَبَّدُ بِتِلَاوَتِهِ
اَلْمَنْقُولُ بِالتَّوَاتُرِ اَلْمَكْتُوبِ فِى اَلْمَصَاحِفِ مِنْ اَوَّلِ
سُوْرَةٍ اَلْفَاتِحَةِ اِلَى سُورَةٍ النَّاسِ
Artinya : kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi-Nya, Muhammad. Lafadz-lafadznya mengandung mukjizat, membacanya mempunyai ibadah, diturunkan secara mutawattir, dan ditulis pada mushaf, mulai dari awal surat Al-Fatihah sampai pada surat An-Nass.
c.
Menurut Abdul Wahhab Khalaf
Firman Allah yang diturunkan
kepada Rasulullah Saw dengan peerntara Jibril dalam bahasa Arab. Dan, menjadi
undang-undang bagi manusia, memberi petunjuk kepada mereka, dan menjadi sarana
untuk melakukan pendekatan diri dan ibadah kepada Allah. Ia terhimpun dalam
mushaf, dimulai dari surat Al- Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas,
disampaikan kepada kita secara mutawatir dari generasi ke generasi, baik secara
lisan maupun tulisan, serta terjaga dari perubahan dan pergantian.
Ada beberapa
bagian yang unsur penting, yaitu :
1.
Al-Quran adalah firman Allah.
ucapannya itu
tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).( QS.
An-Najm 4)
Ayat ini menunjukkan bahwa Al-Quran adalah wahyu (bisikan dalam sukma
dan isyarat yang cepat yang bersifat rahasia disampaikan oleh Allah kepada Nabi
dan Rasul) yang diturunkan oleh Alla kepada nabi Muhammad SAW.
2. Al-Quran adalah mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.
Tak satu pun jin dan manusia yang dapat menandinginya, meskipun mereka berkerjasama.
Artinya : Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan Dia, Sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain". (QS. Al-Israa 88)
2. Al-Quran adalah mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.
Tak satu pun jin dan manusia yang dapat menandinginya, meskipun mereka berkerjasama.
Artinya : Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan Dia, Sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain". (QS. Al-Israa 88)
3. Al-Quran disampaikan secara mutawatir.
Artinya : Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan
Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (QS. Al-Hijr 9)
Ayat ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Al Quran selama-lamanya.
Ayat ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Al Quran selama-lamanya.
4. Membaca Al-Quran bernilai ibadah.
Nabi bersabda: “Aku tidak mengatakan alif laam miim satu huruf,
tetapi Alif satu huruf, laam satu huruf, miim satu huruf dan satu kebaikan
nilainya 10 kali lipat” (Al-Hadist).
5. Al-Quran diturunkan kepada nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril.
Artinya : Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Quran itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". (QS. An-Nahl 102).
B.
Perbedaan Al-Qur’an dengan Hadits Nabi dan Hadist Qudsi
a. Hadis Nabawi
Hadis ( baru ) dalam arti bahasa lawan
qadim ( lama ). Sedang menurut istilah pengertian hadis ialah apa saja yang
disandarkan kepada Nabi saw. Baik berupa perkataan, perbuatan persetujuan atau
sifat.
- Yang berupa perkataan, seperti perkataan Nabi saw. : `Sesungguhnya sahnya amal itu disertai dengan niat. Dan setiap orang bergantung pada niatnya….`
- Yang berupa perbuatan ialah seperti ajaranya pada sahabat mengenai bagaimana caranya mengerjakan shalat, kemudian ia mengatakan : `Shalatlah seperti kamu melihat aku melakukan shalat`. juga mengenai bagaimana ia melakukan ibadah haji, dalam hal ini Nabi saw. Berkata : `Ambilah dari padaku manasik hajimu`.
- Sedang yang berupa persetujuan ialah : seperti ia menyetujui suatu perkara yang dilakukan salah seorang sahabat, baik perkataan ataupun perbuatan, dilakukan dihadapannya atau tidak, tetapi beritanya sampai kepadanya. Misalnya : mengenai makanan baiwak yang dihidangkan kepadanya, dan persetujuannya
- Dan yang berupa sifat adalah riwayat seperti : `bahwa Nabi saw. Itu selalu bermuka cerah, berperangai halus dan lembut, tidak keras dan tidak pula kasar, tidak suka berteriak keras, tidak pula bernicara kotor dan tidak juga suka mencela.`.
b. Hadis Qudsi
Lafadzh qudsi dinisbahkan
sebagai kata quds, nisbah ini mengesankan rasa hormat, karena materi
kata itu menunjukkan kebersihan dan kesucian dalam arti bahasa. Maka kata
taqdis berarti menyucikan Allah. Taqdis sama dengan tathiir, dan taqddasa
sama dengan tatahhara (suci, bersih ) Allah berfirman dengan
kata-kata malaikat-Nya : `……pada hal kami senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan menyucikan diri kami karena Engkau.` (al-Baqarah : 30 ) yakni membersihkan diri untuk-Mu.
Secara Istilah, Hadis Qudsi ialah hadis yang oleh Nabi
saw, disandarkan kepada Allah. Maksudnya Nabi meriwayatkannya bahwa itu adalah
kalam Allah. Maka rasul menjadi perawi kalam Allah ini dari lafal Nabi sendiri.
Cara Periwayatan Hadits Qudsi :
Bila seseorang meriwayatkan hadis qudsi maka dia
meriwayatkannya dari Rasulullah SAW dengan disandarkan kepada Allah, dengan
mengatakan :
1. `Rasulullah SAW mengatakan mengenai apa yang
diriwayatkannya dari Tuhannya`, atau ia mengatakan: …..”
Contoh : `Dari Abu Hurairah Ra. Dari Rasulullah SAW mengenai
apa yang diriwayatkannya dari Tuhannya Azza Wa Jalla, tangan Allah itu
penuh, tidak dikurangi oleh nafakah, baik di waktu siang atau malam hari….`
2. `Rasulullah SAW mengatakan : Allah Ta`ala telah
berfirman atau berfirman Allah Ta`ala.` Contoh: `Dari Abu Hurairah
Ra, bahwa Rasulullah SAW berkata : ` Allah ta`ala berfriman : Aku menurut
sangkaan hamba-Ku terhadap-Ku. Aku bersamanya bila ia menyebut-Ku.bila
menyebut-KU didalam dirinya, maka Aku pun menyebutnya didalam diri-Ku. Dan bila
ia menyebut-KU dikalangan orang banyak, maka Aku pun menyebutnya didalam
kalangan orang banyak lebih dari itu….`
c. Perbedaan Al-Qur’an dengan Hadis Qudsi
Ada beberapa perbedaan antara Al-Qur’an dengan hadis Qudsi,yang terpenting diantaranya
ialah :
1) Al-Quranul Karim
adalah Quran adalah mukjizat yang abadi hingga hari kiamat, bersifat tantangan
(I’jaz) bagi yang ingkar untuk membuat yang serupa dengannya, sedang hadis
Qudsi tidak untuk menantang dan tidak pula untuk mukjizat.
2) Al- Quranul karim
hanya dinisbahkan kepada Allah, sehingga dikatakan: Allah ta`ala telah
berfirman, sedang hadis Qudsi- seperrti telah dijelaskan diatas-terkadang
diriwayatkan dengan disandarkan kepada Allah; sehingga nisbah hadis Qudsi
kepada Allah itu merupakan nisbah yang dibuatkan.
3) Seluruh isi Quran
dinukil secara mutawatir, sehingga kepastiannya sudah mutlak. Sedang
hadis-hadis Qudsi kebanyakannya adalah khabar ahad, sehingga
kepastiannya masih merupakan dugaan. Ada kalanya hadis Qudsi itu sahih,
terkadang hasan ( baik ) dan terkadang pula da`if (lemah).
4) Al-Quranul Karim dari
Allah, baik lafal maupun maknanya. Maka dia adalah wahyu, baik dalam lafal
maupun maknanya. Sedang hadis Qudsi maknanya saja yang dari Allah, sedang lafalnya
dari Rasulullah SAW . hadis Qudsi ialah wahyu dalam makna tetapi bukan
dalam lafal.
5) Membaca Al-Quranul
Karim merupakan ibadah, karena itu ia dibaca didalam salat. Sedang hadis kudsi
tidak disuruhnya membaca didalam salat. Allah memberikan pahala membaca hadis
Qudsi secara umum saja. Maka membaca hadis Qudsi tidak akan memperoleh pahala
seperti yang disebutkan dalam hadis mengenai membaca Quran bahwa pada setiap
huruf akan mendapatkan kebaikan.
C. Pembagian Juz, Surah, Ayat, dan kategori Ayat/Surat berdasarkan panjang
pendeknya
· Surat, ayat dan ruku'
Al-Qur'an terdiri atas 114 bagian yang dikenal
dengan nama surah (surat) dan 6236 ayat. Setiap surat akan
terdiri atas beberapa ayat, di mana surat terpanjang dengan 286 ayat adalah surat Al Baqarah dan yang terpendek hanya memiliki 3 ayat yakni
surat Al Kautsar,
An-Nasr dan Al-‘Așr. Surat-surat yang panjang terbagi lagi atas sub bagian lagi
yang disebut ruku' yang membahas tema atau topik tertentu.
· Makkiyah dan Madaniyah
Sedangkan menurut tempat diturunkannya, setiap
surat dapat dibagi atas surat-surat Makkiyah (surat Mekkah) dan Madaniyah (surat Madinah). Pembagian ini berdasarkan tempat dan waktu
penurunan surat dan ayat tertentu di mana surat-surat yang turun sebelum
Rasulullah SAW hijrah ke Madinah digolongkan surat Makkiyah sedangkan
setelahnya tergolong surat Madaniyah.
Surat yang turun di Makkah pada umumnya
suratnya pendek-pendek, menyangkut prinsip-prinsip keimanan dan akhlaq,
panggilannya ditujukan kepada manusia. Sedangkan yang turun di Madinah pada
umumnya suratnya panjang-panjang, menyangkut peraturan-peraturan yang mengatur
hubungan seseorang dengan Tuhan atau seseorang dengan lainnya (syari'ah).
Pembagian berdasar fase sebelum dan sesudah hijrah ini lebih tepat, sebab ada
surat Madaniyah yang turun di Mekkah.
· Juz dan manzil
Dalam skema pembagian lain, Al-Qur'an juga
terbagi menjadi 30 bagian dengan panjang sama yang dikenal dengan nama juz.
Pembagian ini untuk memudahkan mereka yang ingin menuntaskan bacaan Al-Qur'an
dalam 30 hari (satu bulan). Pembagian lain yakni manzil memecah Al-Qur'an
menjadi 7 bagian dengan tujuan penyelesaian bacaan dalam 7 hari (satu minggu).
Kedua jenis pembagian ini tidak memiliki hubungan dengan pembagian subyek
bahasan tertentu.
· Menurut Ukuran Surat
Kemudian dari segi panjang-pendeknya,
surat-surat yang ada di dalam Al-Qur’an terbagi menjadi empat bagian, yaitu:
- As Sab’uththiwaal (tujuh surat yang panjang). Yaitu Surat Al-Baqarah, Ali Imran, An-Nisaa’, Al-A’raaf, Al-An’aam, Al Maa-idah dan Yunus
- Al Miuun (seratus ayat lebih), seperti Hud, Yusuf, Mu'min dan sebagainya
- Al Matsaani (kurang sedikit dari seratus ayat), seperti Al-Anfaal, Al-Hijr dan sebagainya
- Al Mufashshal (surat-surat pendek), seperti Adh-Dhuha, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas dan sebagainya
D.
Fungsi dan Peranan Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kalam Allah yang di wahyukan kepada nabi
Muhammad saw sebagai mukjizat baginya dan bukti kebenaran kerasulannya. Allah
menurunkan Al-Qur’an kepada Rasul dan Nabi-Nya yang terkhir Muhammad saw,
dengan membawa beberapa fungsi dan tujuan.
1)
Petunjuk Bagi Manusia
Allah swt menurunkan Al-Qur’an di maksudkan sebagai petunjuk
bagi manusia. Dalam Al-Qur’an banyak diterangkan mengenai fungsinya sebagai
petunjuk bagi kehidupan manusia, demikian pula ajaran-ajarannya; antara lain:
شَهْرُ رَمَضَانَ
الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ
وَالْفُرْقَانِ ۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَنْ كَانَ
مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ اللَّهُ
بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ
وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Artinya: “(Beberapa hari yang
ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan
permulaan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)”. (Q.S
Al-Baqarah / 2 : 185).
ذَلِكَ الْكِتَابُ لا
رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ
Artinya: “Kitab Al-Qur’an ini
tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”. (Q.S
Al-Baqarah / 2 : 2).
2)
Sumber Pokok Ajaran Islam
Al-Qur’an merupakan sumber hukum dan ajaran islam. Diantara
ayat-ayat Al-Qur’an yang menerangkan tentang fungsinya sebagai sumber hukum dan
ajaran islam ialah :
إِنَّا أَنْزَلْنَا
إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِتَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ بِمَا أَرَاكَ اللَّهُ
ۚ وَلَا تَكُنْ لِلْخَائِنِينَ خَصِيمًا
Artinya : “Sesungguhnya Kami
telah menurunkan Kitab Al-Qur’an kepadamu dengan membaw kebenaran, supaya kamu
mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadmu dan
janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela)
orang-orang yang khianat”. (Q.S An-Nisa / 4 : 105).
3)
Pelajaran dan Peringatan bagi Manusia
Dalam Al-Qur’an banyak diterangkan tentang kisah
para Nabi dan umat-umatnya dahulu, baik umat yang taat melaksanakan ajaran dan
perintah Allah seperti umatnya Nabi Sulaiman a.s dan mereka yang mengingkari dan
menentang seruan Allah dan Rasul-Nya seperti umatnya Nabi Musa a.s dengan
Fir’aunnya.
Kita harus pandai untuk mengambil pelajaran dari kisah-kisah
yang diterangkan dalam Al-Qur’an. Semuanya sangatlah berguna bagi umat manusia,
baik sebagai pelajaran maupun peringatan. Orang-orang yang mengingkari ajaran
atau hukum Allah akan hancur binasa, sedangkan orang-orang yang taat, tunduk,
dan patuh melaksanakan akan selamat dan bahagia, di dunia maupun akhirat,
sebagimana Allah telah menjanjikan dalam Al-Qur’an maupun melalui Rasulnya.
Ayat yang menerangkan tentang fungsi Al-Qur’an sebagai
pelajaran dan peringatan bagi umat manusia ialah:
وَكَذَٰلِكَ
أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ قُرْءَانًا عَرَبِيًّۭا لِّتُنذِرَ أُمَّ ٱلْقُرَىٰ وَمَنْ
حَوْلَهَا وَتُنذِرَ يَوْمَ ٱلْجَمْعِ لَا رَيْبَ فِيهِ ۚ فَرِيقٌۭ فِى ٱلْجَنَّةِ
وَفَرِيقٌۭ فِى ٱلسَّعِيرِ
Artinya: “Demikian Kami
wahyukan kepadamu Al-Qur’an dalam bahasa Arab supaya kamu memberi peringatan
kepada Ummul-Qura (penduduk Mekah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya
serta memberi peringatan (pula) tentang hari berkumpul (kiamat) yang tidak ada
keraguan kepadanya. Segolongan masuk surga dan segolongan masuk neraka”. (Q.S
Asy-Syura / 42 : 7).
وَضَرَبَ اللَّهُ
مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ آمِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا
مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللَّهِ فَأَذَاقَهَا اللَّهُ لِبَاسَ
الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوا يَصْنَعُونَ
Artinya : “Dan Allah telah
membuat suatu perumpamaan (dengan sebuah negeri yang dahulunya aman lagi
tentram, rizki datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi
(penduduk)-nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan
kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan disebabkan apa yang selalu mereka
perbuat”. (Q.S An-Nahl / 16 : 112).
4)
Al-Quran sebagai Mukjizat
Dalam bahasa Arab, mukjizat berasal dari kata ‘ajz
yang berarti lemah, kebalikan dari qudrah (kuasa). Sedangkan i’jaz
berarti membuktikan kelemahan. Mu’jiz adalah sesuatu yang melemahkan
atau membuat yang lain menjadi lemah, tidak berdaya. Setiap mukzijat biasanya
turun untuk memberikan tantangan bagi situasi zaman itu. Ketika pada zaman Nabi
Musa para tukang sihir sangat berkuasa dan mereka mencapai puncak kemampuannya
dalam ilmu sihir, Nabi Musa datang dengan membawa mukjizat yang mampu
melumpuhkan tipu daya para tukang sihir tersebut. Bukankah mukjizat berarti
yang melumpuhkan atau yang membuat lemah? Rasulullah saw. pun hadir pada suatu
zaman ketika sastra Arab mencapai puncak ketinggiannya. Beliau datang dengan
Al-Quran yang memiliki gaya bahasa tingkat tinggi yang mampu melumpuhkan
seluruh penyair yang ada pada zaman itu.{[3]}
Syaikh Muhammad Abduh dalam
kitabnya Risâlah at-Tauhîd mengungkapkan bagaimana ketinggian dan
kemajuan bahasa dan sastra Arab ketika Al-Quran turun dan bagaimana Al-Quran
mengalahkan semua keunggulan tersebut, ”Al-Quran diturunkan pada suatu masa di
mana para ahli riwayat telah sepakat bahwa masa itu adalah masa yang sangat
gemilang ditinjau dari segi bahasa. Pada masa itu ada banyak sekali ahli sastra dan ahli retorika (pidato).”
Kemudian ia menuliskan tentang tantangan Al-Quran terhadap para ahli pidato
tersebut, ”Benarlah bahwa Al-Quran itu suatu mukjizat. Telah berlalu masa yang
panjang, generasi datang silih berganti, dan tantangan Al-Quran tetap berlaku,
akan tetapi tidak seorang pun yang dapat menjawab tantangan tersebut. Semua
kembali dengan tangan hampa karena lemah dan tiada berdaya.”{[4]}
Keindahan gaya bahasa Al-Quran
dan kerapihan susunan katanya tidak dapat ditemukan pada buku-buku bahasa Arab
apa pun pada masa itu dan masa sesudahnya. Itulah mengapa, Al-Quran menjadi salah satu sebab
terpenting bagi masuknya orang-orang pada masa Rasulullah saw. dan setelahnya
ke dalam Islam, serta menjadi sumber hidayah bagi orang-orang pada masa
sekarang dan masa yang akan datang. Umar bin Khathab masuk Islam setelah
mendengar Al-Quran awal surat Thâhâ yang dibaca oleh adiknya Fathimah. Abul
Walid, diplomat Quraisy waktu itu, terpaksa cepat-cepat pulang begitu mendengar
beberapa ayat dari surat Fushshilat yang dikemukakan Rasulullah saw. sebagai
jawaban atas usaha-usaha bujukan dan diplomasinya. Bahkan, seorang Abu Jahal
pun, orang yang paling
memusuhi Rasulullah saw., sampai tidak jadi membunuh Nabi karena mendengar
surat Adh-Dhuha yang dibacakan oleh beliau.{[5]}
Selain keindahan gaya bahasanya,
ada petunjuk-petujuk sangat jelas lainnya yang memperlihatkan bahwa Al-Quran
datang dari Allah Swt. dengan segala kemukjizatannya.
E.
Nama
Lain Al-Qur’an
Dalam
Al-Qur'an sendiri terdapat beberapa ayat yang menyertakan nama lain yang
digunakan untuk merujuk kepada Al-Qur'an itu sendiri. Berikut adalah nama-nama
tersebut dan ayat yang mencantumkannya:
- Al-Kitab (Buku)
"Kitab (Al Quran) ini tidak ada
keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa," (Al-Baqarah 2:2)
"Demi
Kitab (Al Quran) yang menjelaskan," (Ad-Dhukan 44:2)
- Al-Furqan (Pembeda benar salah)
"Maha
suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar
dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam," (Al-Furqan 25:1)
- Adz-Dzikr (Pemberi peringatan)
"Sesungguhnya
Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar
memeliharanya." (Al-Hijr 15:9)
- Al-Mau'idhah (Pelajaran/nasihat)
"Hai
manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh
bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi
orang-orang yang beriman." (Yunus 10:57)
- Al-Hukm (Peraturan/hukum)
"...dan
demikianlah, Kami telah menurunkan Al Quran itu sebagai peraturan (yang benar)
dalam bahasa Arab. Dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah
datang pengetahuan kepadamu, maka sekali-kali tidak ada pelindung dan
pemelihara bagimu terhadap (siksa) Allah." (Ar-Ra'd 13:37)
- Al-Hikmah (Kebijaksanaan)
"Itulah sebagian hikmah yang diwahyukan Tuhanmu
kepadamu, dan janganlah kamu mengadakan tuhan yang lain di samping Allah, yang
menyebabkan kamu dilemparkan ke dalam neraka dalam keadaan tercela lagi
dijauhkan (dari rahmat Allah)." (Al-Isra 17:39)
- Asy-Syifa' (Obat/penyembuh)
"Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu
pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam
dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman." (Yunus
10:57)
"...dan
Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang
yang zalim selain kerugian." (Al-Isra 17:82)
- Al-Huda (Petunjuk)
"Hai
manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang-orang yang beriman." (Yunus 10:57)
"...dan
sesungguhnya Al Quran itu benar-benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman." (An-Naml 27:77)
"...dan
sesungguhnya kami tatkala mendengar petunjuk (Al Quran), kami beriman
kepadanya. Barangsiapa beriman kepada Tuhannya, maka ia tidak takut akan
pengurangan pahala dan tidak (takut pula) akan penambahan dosa dan
kesalahan." (Al-Jin 72:13)
"Dialah
yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama
yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang
musyrikin tidak menyukai." (At-Tawbah 9:33)
- At-Tanzil (Yang diturunkan)
"...dan
sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam,"
(Asy-Syuara 26:192)
- Ar-Rahmat (Karunia)
"...dan
sesungguhnya Al Quran itu benar-benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman." (An-Naml 27:77)
- Ar-Ruh (Ruh)
"...dan
demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah Kami.
Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Quran) dan tidak pula
mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang
Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami.
Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang
lurus." (Asy-Syuraa 42:52)
- Al-Bayan (Penerang)
Al
Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran
bagi orang-orang yang bertakwa." (Al-Imran 3:138)
- Al-Kalam (Ucapan/firman)
"...dan
jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu,
maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian
antarkanlah ia ketempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum
yang tidak mengetahui." (At-Tawbah 9:6)
- Al-Busyra (Kabar gembira)
"Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan
Al Quran itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang
yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang
yang berserah diri (kepada Allah)"." (An-Nahl 16:102)
- An-Nur (Cahaya)
"Hai
manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu.
(Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang
terang benderang (Al Quran)." (An-Nisa 4:174)
- Al-Basha'ir (Pedoman)
"Al
Quran ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
meyakini." (Al-Jatsiyah 45:20)
- Al-Balagh (Penyampaian/kabar)
"(Al Quran) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi
manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengan-Nya, dan supaya mereka
mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang
berakal mengambil pelajaran." (Ibrahim
14:52)
- Al-Qaul (Perkataan/ucapan)
"...dan
sesungguhnya telah Kami turunkan berturut-turut perkataan ini (Al Quran) kepada
mereka agar mereka mendapat pelajaran." (Al-Qashash 28:51)
F.
Hubungan
Al-Qur’an dengan Kitab-kitab lain/Sebelumnya
Berkaitan
dengan adanya kitab-kitab yang dipercayai diturunkan kepada nabi-nabi sebelum
Muhammad SAW dalam agama Islam (Taurat, Zabur,
Injil, lembaran Ibrahim), Al-Qur'an dalam
beberapa ayatnya menegaskan posisinya terhadap kitab-kitab tersebut. Berikut
adalah pernyataan Al-Qur'an yang tentunya menjadi doktrin bagi ummat Islam
mengenai hubungan Al-Qur'an dengan kitab-kitab tersebut:
- Bahwa Al-Qur'an menuntut kepercayaan umat Islam terhadap eksistensi kitab-kitab tersebut. QS(2:4)
- Bahwa Al-Qur'an diposisikan sebagai pembenar dan batu ujian (verifikator) bagi kitab-kitab sebelumnya. QS(5:48)
- Bahwa Al-Qur'an menjadi referensi untuk menghilangkan perselisihan pendapat antara umat-umat rasul yang berbeda. QS(16:63-64)
- Bahwa Al-Qur'an meluruskan sejarah. Dalam Al-Qur'an terdapat cerita-cerita mengenai kaum dari rasul-rasul terdahulu, juga mengenai beberapa bagian mengenai kehidupan para rasul tersebut. Cerita tersebut pada beberapa aspek penting berbeda dengan versi yang terdapat pada teks-teks lain yang dimiliki baik oleh Yahudi dan Kristen
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qaththan, Manna’ Khalil. Mabahits
fi ‘ulum al-Qur’an, T.Tmpt: Mansyurat al-‘Ashr al-Hadits,1973.
Dialihbahasakan Studi ilmu-ilmu Al-Qur’an. 2012. Bogor: Pustaka Litera
AntarNusa.
Anwar,
Rosihan. 2009. Pengantar
Studi Islam,
Bandung: Pustaka Media,
No. 289, Edisi Oktober 2007 (Bandung: Yayasan Muthahhari).
Anwar, Rosihan, 2003. Ulum Al-Qur’an. Bandung: Pustaka Setia.
Departemen Agama Republik Indonesia. 2002. Al-Qur'an dan Terjemahannya. Surabaya: Mekar Surabaya.
Hakim
Atang, ABD,dkk. 2009. Metodologi
Study Islam . Bandung: Rosda.
Miftah Faridl, op.cit. Jalaluddin Rakhmat, “Mukjizat Al-Quran” dalam
At-Tanwir.
Shihab, Ma.Quraish. 1996. Fungsi
dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat.
Bandung : Mizan.
Sayyid Thanthawi, Muhammad.
2013. Ulumul Qur’an. Yogyakarta: IRCiSoD.
[2] Rosihon Anwar,Pengantar Studi
Islam, Pustaka Setia,, Bandung,2009
[3]Jalaluddin Rakhmat, “Mukjizat Al-Quran” dalam At-Tanwir,
No. 289, Edisi Oktober 2007 (Bandung: Yayasan Muthahhari), hlm.5.
[4] Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan
Terjemahnya (Bandung: Gema Risalah Press, 1992), hlm.107-108.
Comments
Post a Comment