Skip to main content

Berkenalan dengan Al-Qur'an



A.  Pengertian Al-Qur’an
            Menurut pendapat yang paling kuat, seperti yang telah dikemukakan oleh Subhi Shalih, Al-Qur’an berarti bacaan. Ia merupakan kata turunan (mashdar) kata qara’a (fi’il madli) denga arti ism al-maf’ul, yaitu maqru’ yang dibaca (Al-Qur’an dan terjemahannya, 1990: 15). Pengertian ini merujuk pada sifat Al-Qur’an yang difirmankan-Nya dalam Al-Qur’an (Q.S al-Qiyamah [75]: 17-18). Dalam ayat tersebut, Allah berfirman:
“ Sesunggahnya atas tanggungan kamilah mengumpulkanya (didadamu) dan (membuat kamu pandai) membacanya. Apabila kami telah selesaimembacanya, maka ikutilaah bacaan itu.” (Q.S al-Qiyamah [75]: 17-18).{[1]}

1.      Pengertian Etimologi (Bahasa)
Para ulama telah berbeda pendapat di dalam menjelaskan kata Al-Qur’an dari sisi: derivasi (Isytiqad), cara melafalkan (apakah memakai hamzah atau tidak), dan merupakan kata sifat atau kata jadian. Sebagian dari mereka, diantaranya Al-Zujaj, menjelaskan bahwa kata Al-Qur’an merupakan kata sifat yang berasal dari kata dasar “al-qar” (القرا) yang artinya menghimpun. Kata sifat ini kemudian dijadikan nama bagi firman Allah yang diturukan kepada Nabi Muhammad, karena kitab itu menghimpun surat, ayat, kisah, perintah, dan larangan. Atau karena kitab ini menghimpun intisari kitab-kitab suci sebelumnya.

2.      Pengertian terminalogi
Menurut kalangan pakar Ushul Fiqih, Fiqih, dan Bahasa Arab bahwa Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi-Nya , Muhammad, yang lafad-lafadnya mengandung mukjizat, membacanya mempunyai nilai ibadah, yang diturunkan secara mutawatir (oleh orang banyak), dan yang ditulis pada mushaf, mulai dari awal surat al-Fatihah sampai akhir surat An-Nash.

 a. Menurut Manna Khalil Al-Qaththan,
Al-Qur’an secara etimologis berasal dari kata “qara’a, yaqra-u, qira-atan, atau qur-anan” yang berarti mengumpulkan (al-jam’u) dan menghimpun (adh-dhommu) huruf serta kata-kata dari suatu bagian ke bagian lain secara teratur. Dikatakan Al-Qur’an karena ia berisikan intisari semua kitabullah dan intisari dari ilmu pengetahuan.{[2]}

كَلَامُ اللهِ المُنَزًّلُ عَلَي مُحَمَّدٍ صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَلْمُتَعَبَدُ بِتِلَاوَتِهِ

Artinya : kitab Allah yang ditur
unkan kepada Nabi Muhammad SAW dan orang yang membacanya memperoleh pahala.

a.         Menurut Al-Jurjani :

هُوَ اَلْمُنَزَّلُ عَلَى الرَّسُولِ المَكْتُوبِ فِى الْمَصَاحِفِ اَلْمَنْقُولُ عَنْهُ نَقْلًا مُتَوَاتِرًا بِلَا شُبْهَةٍ

Artinya : yang diturunkan kepada Rasulullah SAW., ditulis dalam mushaf, dan diriwayatkan secara mutawattir tanpa keraguan.

b.        Menurut kalangan pakar ushul fiqh, fiqh, dan bahasa Arab :

كَلَامُ اللهِ المُنَزَّلُ عَلَى نَبِيِّهِ مُحَمَّدٍ ص.م اَلْمُعْجِزِ اَلْمُتَعَبَّدُ بِتِلَاوَتِهِ اَلْمَنْقُولُ بِالتَّوَاتُرِ اَلْمَكْتُوبِ فِى اَلْمَصَاحِفِ مِنْ اَوَّلِ سُوْرَةٍ اَلْفَاتِحَةِ اِلَى سُورَةٍ النَّاسِ

Artinya : kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi-Nya, Muhammad. Lafadz-lafadznya mengandung mukjizat, membacanya mempunyai ibadah, diturunkan secara mutawattir, dan ditulis pada mushaf, mulai dari awal surat Al-Fatihah sampai pada surat An-Nass.

c.         Menurut Abdul Wahhab Khalaf
Firman Allah yang diturunkan kepada Rasulullah Saw dengan peerntara Jibril dalam bahasa Arab. Dan, menjadi undang-undang bagi manusia, memberi petunjuk kepada mereka, dan menjadi sarana untuk melakukan pendekatan diri dan ibadah kepada Allah. Ia terhimpun dalam mushaf, dimulai dari surat Al- Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas, disampaikan kepada kita secara mutawatir dari generasi ke generasi, baik secara lisan maupun tulisan, serta terjaga dari perubahan dan pergantian.
Ada beberapa bagian yang unsur penting, yaitu :
1.      Al-Quran adalah firman Allah.
ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).( QS. An-Najm 4)
Ayat ini menunjukkan bahwa Al-Quran adalah wahyu (bisikan dalam sukma  dan isyarat yang cepat yang bersifat rahasia disampaikan oleh Allah kepada Nabi dan Rasul) yang diturunkan oleh Alla kepada nabi Muhammad SAW.

2.  Al-Quran adalah mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.
Tak satu pun jin dan manusia yang dapat menandinginya, meskipun mereka berkerjasama.
Artinya : Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan Dia, Sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain".
(QS. Al-Israa 88)

3.     Al-Quran
disampaikan secara mutawatir.
Artinya : Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (QS. Al-Hijr 9)
Ayat ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Al Quran selama-lamanya.

4.  Membaca Al-Quran bernilai ibadah.
Nabi bersabda: “Aku tidak mengatakan alif laam miim satu huruf, tetapi Alif satu huruf, laam satu huruf, miim satu huruf dan satu kebaikan nilainya 10 kali lipat” (Al-Hadist).

5.      Al-Quran diturunkan kepada nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril.
Artinya : Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Quran itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".
(QS. An-Nahl 102).
B.  Perbedaan Al-Qur’an dengan Hadits Nabi dan Hadist Qudsi

a.       Hadis Nabawi
Hadis ( baru ) dalam arti bahasa lawan qadim ( lama ). Sedang menurut istilah pengertian hadis ialah apa saja yang disandarkan kepada Nabi saw. Baik berupa perkataan, perbuatan persetujuan atau sifat.
  • Yang berupa perkataan, seperti perkataan Nabi saw. : `Sesungguhnya sahnya amal itu disertai dengan niat. Dan setiap orang bergantung pada niatnya….`
  • Yang berupa perbuatan ialah seperti ajaranya pada sahabat mengenai bagaimana caranya mengerjakan shalat, kemudian ia mengatakan : `Shalatlah seperti kamu melihat aku melakukan shalat`. juga mengenai bagaimana ia melakukan ibadah haji, dalam hal ini Nabi saw. Berkata : `Ambilah dari padaku manasik hajimu`.
  • Sedang yang berupa persetujuan ialah :  seperti ia menyetujui suatu perkara yang dilakukan salah seorang sahabat, baik perkataan ataupun perbuatan, dilakukan dihadapannya atau tidak, tetapi beritanya sampai kepadanya. Misalnya : mengenai makanan baiwak yang dihidangkan kepadanya, dan persetujuannya
  • Dan yang berupa sifat adalah riwayat seperti : `bahwa Nabi saw. Itu selalu bermuka cerah, berperangai halus dan lembut, tidak keras dan tidak pula kasar, tidak suka berteriak keras, tidak pula bernicara kotor dan tidak juga suka mencela.`.
b.      Hadis Qudsi
Lafadzh qudsi dinisbahkan sebagai kata quds, nisbah ini mengesankan rasa hormat, karena materi kata itu menunjukkan kebersihan dan kesucian dalam arti bahasa. Maka kata taqdis berarti menyucikan Allah. Taqdis sama dengan tathiir, dan taqddasa sama dengan tatahhara (suci, bersih ) Allah berfirman dengan kata-kata malaikat-Nya : `……pada hal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan diri kami karena Engkau.` (al-Baqarah : 30 ) yakni membersihkan diri untuk-Mu.
Secara Istilah, Hadis Qudsi ialah hadis yang oleh Nabi saw, disandarkan kepada Allah. Maksudnya Nabi meriwayatkannya bahwa itu adalah kalam Allah. Maka rasul menjadi perawi kalam Allah ini dari lafal Nabi sendiri.
Cara Periwayatan Hadits Qudsi :
Bila seseorang meriwayatkan hadis qudsi maka dia meriwayatkannya dari Rasulullah SAW dengan disandarkan kepada Allah, dengan mengatakan :
1. `Rasulullah SAW mengatakan mengenai apa yang diriwayatkannya dari Tuhannya`, atau ia mengatakan:  …..”
Contoh : `Dari Abu Hurairah Ra. Dari Rasulullah SAW mengenai apa yang diriwayatkannya dari Tuhannya Azza Wa Jalla, tangan Allah itu penuh, tidak dikurangi oleh nafakah, baik di waktu siang atau malam hari….`
2. `Rasulullah SAW mengatakan : Allah Ta`ala telah berfirman atau berfirman Allah Ta`ala.` Contoh: `Dari Abu Hurairah Ra, bahwa Rasulullah SAW berkata : ` Allah ta`ala berfriman : Aku menurut sangkaan hamba-Ku terhadap-Ku. Aku bersamanya bila ia menyebut-Ku.bila menyebut-KU didalam dirinya, maka Aku pun menyebutnya didalam diri-Ku. Dan bila ia menyebut-KU dikalangan orang banyak, maka Aku pun menyebutnya didalam kalangan orang banyak lebih dari itu….`

c.       Perbedaan Al-Quran dengan Hadis Qudsi
Ada beberapa perbedaan antara Al-Quran dengan hadis Qudsi,yang terpenting diantaranya ialah :
1)      Al-Quranul Karim adalah Quran adalah mukjizat yang abadi hingga hari kiamat, bersifat tantangan (I’jaz) bagi yang ingkar untuk membuat yang serupa dengannya, sedang hadis Qudsi tidak untuk menantang dan tidak pula untuk mukjizat.
2)      Al- Quranul karim hanya dinisbahkan kepada Allah, sehingga dikatakan: Allah ta`ala telah berfirman, sedang hadis Qudsi- seperrti telah dijelaskan diatas-terkadang diriwayatkan dengan disandarkan kepada Allah; sehingga nisbah hadis Qudsi kepada Allah itu merupakan nisbah yang dibuatkan.
3)      Seluruh isi Quran dinukil secara mutawatir, sehingga kepastiannya sudah mutlak. Sedang hadis-hadis Qudsi kebanyakannya adalah khabar ahad, sehingga kepastiannya masih merupakan dugaan. Ada kalanya hadis Qudsi itu sahih, terkadang hasan ( baik ) dan terkadang pula da`if (lemah).
4)      Al-Quranul Karim dari Allah, baik lafal maupun maknanya. Maka dia adalah wahyu, baik dalam lafal maupun maknanya. Sedang hadis Qudsi maknanya saja yang dari Allah, sedang lafalnya dari Rasulullah SAW .  hadis Qudsi ialah wahyu dalam makna tetapi bukan dalam lafal.
5)      Membaca Al-Quranul Karim merupakan ibadah, karena itu ia dibaca didalam salat. Sedang hadis kudsi tidak disuruhnya membaca didalam salat. Allah memberikan pahala membaca hadis Qudsi secara umum saja. Maka membaca hadis Qudsi tidak akan memperoleh pahala seperti yang disebutkan dalam hadis mengenai membaca Quran bahwa pada setiap huruf akan mendapatkan kebaikan.
C.  Pembagian Juz, Surah, Ayat, dan kategori Ayat/Surat berdasarkan panjang pendeknya

·         Surat, ayat dan ruku'

Al-Qur'an terdiri atas 114 bagian yang dikenal dengan nama surah (surat) dan 6236 ayat. Setiap surat akan terdiri atas beberapa ayat, di mana surat terpanjang dengan 286 ayat adalah surat Al Baqarah dan yang terpendek hanya memiliki 3 ayat yakni surat Al Kautsar, An-Nasr dan Al-‘Așr. Surat-surat yang panjang terbagi lagi atas sub bagian lagi yang disebut ruku' yang membahas tema atau topik tertentu.

·         Makkiyah dan Madaniyah

Sedangkan menurut tempat diturunkannya, setiap surat dapat dibagi atas surat-surat Makkiyah (surat Mekkah) dan Madaniyah (surat Madinah). Pembagian ini berdasarkan tempat dan waktu penurunan surat dan ayat tertentu di mana surat-surat yang turun sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah digolongkan surat Makkiyah sedangkan setelahnya tergolong surat Madaniyah.
Surat yang turun di Makkah pada umumnya suratnya pendek-pendek, menyangkut prinsip-prinsip keimanan dan akhlaq, panggilannya ditujukan kepada manusia. Sedangkan yang turun di Madinah pada umumnya suratnya panjang-panjang, menyangkut peraturan-peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan Tuhan atau seseorang dengan lainnya (syari'ah). Pembagian berdasar fase sebelum dan sesudah hijrah ini lebih tepat, sebab ada surat Madaniyah yang turun di Mekkah.

·         Juz dan manzil

Dalam skema pembagian lain, Al-Qur'an juga terbagi menjadi 30 bagian dengan panjang sama yang dikenal dengan nama juz. Pembagian ini untuk memudahkan mereka yang ingin menuntaskan bacaan Al-Qur'an dalam 30 hari (satu bulan). Pembagian lain yakni manzil memecah Al-Qur'an menjadi 7 bagian dengan tujuan penyelesaian bacaan dalam 7 hari (satu minggu). Kedua jenis pembagian ini tidak memiliki hubungan dengan pembagian subyek bahasan tertentu.

·         Menurut Ukuran Surat

Kemudian dari segi panjang-pendeknya, surat-surat yang ada di dalam Al-Qur’an terbagi menjadi empat bagian, yaitu:
D.  Fungsi dan Peranan Al-Qur’an
       Al-Qur’an adalah kalam Allah yang di wahyukan kepada nabi Muhammad saw sebagai mukjizat baginya dan bukti kebenaran kerasulannya. Allah menurunkan Al-Qur’an kepada Rasul dan Nabi-Nya yang terkhir Muhammad saw, dengan membawa beberapa fungsi dan tujuan.

1)      Petunjuk Bagi Manusia
       Allah swt menurunkan Al-Qur’an di maksudkan sebagai petunjuk bagi manusia. Dalam Al-Qur’an banyak diterangkan mengenai fungsinya sebagai petunjuk bagi kehidupan manusia, demikian pula ajaran-ajarannya; antara lain:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Artinya: “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan permulaan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)”. (Q.S Al-Baqarah / 2 : 185).

ذَلِكَ الْكِتَابُ لا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ
Artinya: “Kitab Al-Qur’an ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”. (Q.S Al-Baqarah / 2 : 2).

2)      Sumber Pokok Ajaran Islam
       Al-Qur’an merupakan sumber hukum dan ajaran islam. Diantara ayat-ayat Al-Qur’an yang menerangkan tentang fungsinya sebagai sumber hukum dan ajaran islam ialah :

إِنَّا أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِتَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ بِمَا أَرَاكَ اللَّهُ ۚ وَلَا تَكُنْ لِلْخَائِنِينَ خَصِيمًا

Artinya : “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Al-Qur’an kepadamu dengan membaw kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadmu dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat”. (Q.S An-Nisa / 4 : 105).

3)      Pelajaran dan Peringatan bagi Manusia
       Dalam Al-Qur’an banyak diterangkan tentang kisah para Nabi dan umat-umatnya dahulu, baik umat yang taat melaksanakan ajaran dan perintah Allah seperti umatnya Nabi Sulaiman a.s dan mereka yang mengingkari dan menentang seruan Allah dan Rasul-Nya seperti umatnya Nabi Musa a.s dengan Fir’aunnya.
       Kita harus pandai untuk mengambil pelajaran dari kisah-kisah yang diterangkan dalam Al-Qur’an. Semuanya sangatlah berguna bagi umat manusia, baik sebagai pelajaran maupun peringatan. Orang-orang yang mengingkari ajaran atau hukum Allah akan hancur binasa, sedangkan orang-orang yang taat, tunduk, dan patuh melaksanakan akan selamat dan bahagia, di dunia maupun akhirat, sebagimana Allah telah menjanjikan dalam Al-Qur’an maupun melalui Rasulnya.
       Ayat yang menerangkan tentang fungsi Al-Qur’an sebagai pelajaran dan peringatan bagi umat manusia ialah:

وَكَذَٰلِكَ أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ قُرْءَانًا عَرَبِيًّۭا لِّتُنذِرَ أُمَّ ٱلْقُرَىٰ وَمَنْ حَوْلَهَا وَتُنذِرَ يَوْمَ ٱلْجَمْعِ لَا رَيْبَ فِيهِ ۚ فَرِيقٌۭ فِى ٱلْجَنَّةِ وَفَرِيقٌۭ فِى ٱلسَّعِيرِ

Artinya: “Demikian Kami wahyukan kepadamu Al-Qur’an dalam bahasa Arab supaya kamu memberi peringatan kepada Ummul-Qura (penduduk Mekah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya serta memberi peringatan (pula) tentang hari berkumpul (kiamat) yang tidak ada keraguan kepadanya. Segolongan masuk surga dan segolongan masuk neraka”. (Q.S Asy-Syura / 42 : 7).

وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ آمِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللَّهِ فَأَذَاقَهَا اللَّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوا يَصْنَعُونَ

Artinya : “Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tentram, rizki datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)-nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan disebabkan apa yang selalu mereka perbuat”. (Q.S An-Nahl / 16 : 112).


4)      Al-Quran sebagai Mukjizat
                        Dalam bahasa Arab, mukjizat berasal dari kata ‘ajz yang berarti lemah, kebalikan dari qudrah (kuasa). Sedangkan i’jaz berarti membuktikan kelemahan. Mu’jiz adalah sesuatu yang melemahkan atau membuat yang lain menjadi lemah, tidak berdaya. Setiap mukzijat biasanya turun untuk memberikan tantangan bagi situasi zaman itu. Ketika pada zaman Nabi Musa para tukang sihir sangat berkuasa dan mereka mencapai puncak kemampuannya dalam ilmu sihir, Nabi Musa datang dengan membawa mukjizat yang mampu melumpuhkan tipu daya para tukang sihir tersebut. Bukankah mukjizat berarti yang melumpuhkan atau yang membuat lemah? Rasulullah saw. pun hadir pada suatu zaman ketika sastra Arab mencapai puncak ketinggiannya. Beliau datang dengan Al-Quran yang memiliki gaya bahasa tingkat tinggi yang mampu melumpuhkan seluruh penyair yang ada pada zaman itu.{[3]}
Syaikh Muhammad Abduh dalam kitabnya Risâlah at-Tauhîd mengungkapkan bagaimana ketinggian dan kemajuan bahasa dan sastra Arab ketika Al-Quran turun dan bagaimana Al-Quran mengalahkan semua keunggulan tersebut, ”Al-Quran diturunkan pada suatu masa di mana para ahli riwayat telah sepakat bahwa masa itu adalah masa yang sangat gemilang ditinjau dari segi bahasa. Pada masa itu ada banyak sekali ahli sastra dan ahli retorika (pidato).” Kemudian ia menuliskan tentang tantangan Al-Quran terhadap para ahli pidato tersebut, ”Benarlah bahwa Al-Quran itu suatu mukjizat. Telah berlalu masa yang panjang, generasi datang silih berganti, dan tantangan Al-Quran tetap berlaku, akan tetapi tidak seorang pun yang dapat menjawab tantangan tersebut. Semua kembali dengan tangan hampa karena lemah dan tiada berdaya.”{[4]}
Keindahan gaya bahasa Al-Quran dan kerapihan susunan katanya tidak dapat ditemukan pada buku-buku bahasa Arab apa pun pada masa itu dan masa sesudahnya. Itulah mengapa, Al-Quran menjadi salah satu sebab terpenting bagi masuknya orang-orang pada masa Rasulullah saw. dan setelahnya ke dalam Islam, serta menjadi sumber hidayah bagi orang-orang pada masa sekarang dan masa yang akan datang. Umar bin Khathab masuk Islam setelah mendengar Al-Quran awal surat Thâhâ yang dibaca oleh adiknya Fathimah. Abul Walid, diplomat Quraisy waktu itu, terpaksa cepat-cepat pulang begitu mendengar beberapa ayat dari surat Fushshilat yang dikemukakan Rasulullah saw. sebagai jawaban atas usaha-usaha bujukan dan diplomasinya. Bahkan, seorang Abu Jahal pun, orang yang paling memusuhi Rasulullah saw., sampai tidak jadi membunuh Nabi karena mendengar surat Adh-Dhuha yang dibacakan oleh beliau.{[5]}
Selain keindahan gaya bahasanya, ada petunjuk-petujuk sangat jelas lainnya yang memperlihatkan bahwa Al-Quran datang dari Allah Swt. dengan segala kemukjizatannya.

E.   Nama Lain Al-Qur’an
Dalam Al-Qur'an sendiri terdapat beberapa ayat yang menyertakan nama lain yang digunakan untuk merujuk kepada Al-Qur'an itu sendiri. Berikut adalah nama-nama tersebut dan ayat yang mencantumkannya:
  • Al-Kitab (Buku)
"Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa," (Al-Baqarah 2:2)
"Demi Kitab (Al Quran) yang menjelaskan," (Ad-Dhukan 44:2)
  • Al-Furqan (Pembeda benar salah)
"Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam," (Al-Furqan 25:1)
  • Adz-Dzikr (Pemberi peringatan)
"Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya." (Al-Hijr 15:9)
  • Al-Mau'idhah (Pelajaran/nasihat)
"Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman." (Yunus 10:57)
  • Al-Hukm (Peraturan/hukum)
"...dan demikianlah, Kami telah menurunkan Al Quran itu sebagai peraturan (yang benar) dalam bahasa Arab. Dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang pengetahuan kepadamu, maka sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara bagimu terhadap (siksa) Allah." (Ar-Ra'd 13:37)
  • Al-Hikmah (Kebijaksanaan)
"Itulah sebagian hikmah yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu, dan janganlah kamu mengadakan tuhan yang lain di samping Allah, yang menyebabkan kamu dilemparkan ke dalam neraka dalam keadaan tercela lagi dijauhkan (dari rahmat Allah)." (Al-Isra 17:39)
  • Asy-Syifa' (Obat/penyembuh)
"Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman." (Yunus 10:57)
"...dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian." (Al-Isra 17:82)
  • Al-Huda (Petunjuk)
"Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman." (Yunus 10:57)
"...dan sesungguhnya Al Quran itu benar-benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman." (An-Naml 27:77)
"...dan sesungguhnya kami tatkala mendengar petunjuk (Al Quran), kami beriman kepadanya. Barangsiapa beriman kepada Tuhannya, maka ia tidak takut akan pengurangan pahala dan tidak (takut pula) akan penambahan dosa dan kesalahan." (Al-Jin 72:13)
"Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai." (At-Tawbah 9:33)
  • At-Tanzil (Yang diturunkan)
"...dan sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam," (Asy-Syuara 26:192)
  • Ar-Rahmat (Karunia)
"...dan sesungguhnya Al Quran itu benar-benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman." (An-Naml 27:77)
  • Ar-Ruh (Ruh)
"...dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus." (Asy-Syuraa 42:52)
  • Al-Bayan (Penerang)
Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa." (Al-Imran 3:138)
  • Al-Kalam (Ucapan/firman)
"...dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ketempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui." (At-Tawbah 9:6)
  • Al-Busyra (Kabar gembira)
"Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Quran itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)"." (An-Nahl 16:102)
  • An-Nur (Cahaya)
"Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu. (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Quran)." (An-Nisa 4:174)
  • Al-Basha'ir (Pedoman)
"Al Quran ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini." (Al-Jatsiyah 45:20)
  • Al-Balagh (Penyampaian/kabar)
"(Al Quran) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengan-Nya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran." (Ibrahim 14:52)
  • Al-Qaul (Perkataan/ucapan)
"...dan sesungguhnya telah Kami turunkan berturut-turut perkataan ini (Al Quran) kepada mereka agar mereka mendapat pelajaran." (Al-Qashash 28:51)
F.   Hubungan Al-Qur’an dengan Kitab-kitab lain/Sebelumnya
Berkaitan dengan adanya kitab-kitab yang dipercayai diturunkan kepada nabi-nabi sebelum Muhammad SAW dalam agama Islam (Taurat, Zabur, Injil, lembaran Ibrahim), Al-Qur'an dalam beberapa ayatnya menegaskan posisinya terhadap kitab-kitab tersebut. Berikut adalah pernyataan Al-Qur'an yang tentunya menjadi doktrin bagi ummat Islam mengenai hubungan Al-Qur'an dengan kitab-kitab tersebut:
  • Bahwa Al-Qur'an menuntut kepercayaan umat Islam terhadap eksistensi kitab-kitab tersebut. QS(2:4)
  • Bahwa Al-Qur'an diposisikan sebagai pembenar dan batu ujian (verifikator) bagi kitab-kitab sebelumnya. QS(5:48)
  • Bahwa Al-Qur'an menjadi referensi untuk menghilangkan perselisihan pendapat antara umat-umat rasul yang berbeda. QS(16:63-64)
  • Bahwa Al-Qur'an meluruskan sejarah. Dalam Al-Qur'an terdapat cerita-cerita mengenai kaum dari rasul-rasul terdahulu, juga mengenai beberapa bagian mengenai kehidupan para rasul tersebut. Cerita tersebut pada beberapa aspek penting berbeda dengan versi yang terdapat pada teks-teks lain yang dimiliki baik oleh Yahudi dan Kristen
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qaththan, Manna’ Khalil. Mabahits fi ‘ulum al-Qur’an, T.Tmpt: Mansyurat al-‘Ashr al-Hadits,1973. Dialihbahasakan Studi ilmu-ilmu Al-Qur’an. 2012. Bogor: Pustaka Litera AntarNusa.
Anwar, Rosihan. 2009. Pengantar Studi Islam, Bandung: Pustaka Media,
No. 289, Edisi Oktober 2007 (Bandung: Yayasan Muthahhari).
Anwar, Rosihan, 2003. Ulum Al-Qur’an. Bandung: Pustaka Setia.
Departemen Agama Republik Indonesia. 2002. Al-Qur'an dan Terjemahannya. Surabaya: Mekar Surabaya.
Hakim Atang, ABD,dkk. 2009.  Metodologi Study Islam . Bandung: Rosda.
Miftah Faridl, op.cit. Jalaluddin Rakhmat, “Mukjizat Al-Quran” dalam At-Tanwir.
Shihab, Ma.Quraish. 1996. Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat.
Bandung : Mizan.
Sayyid Thanthawi, Muhammad. 2013. Ulumul Qur’an. Yogyakarta: IRCiSoD.




[1] ABD. Hakim Atang,dkk metodologi study islam,Rosda, Bandung: 2009, hal. 69.

[2] Rosihon Anwar,Pengantar Studi Islam, Pustaka Setia,, Bandung,2009
[3]Jalaluddin Rakhmat, “Mukjizat Al-Quran” dalam At-Tanwir, No. 289, Edisi Oktober 2007 (Bandung: Yayasan Muthahhari), hlm.5.
[4] Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahnya (Bandung: Gema Risalah Press, 1992), hlm.107-108.
[5] Miftah Faridl, op.cit., hlm.9

Comments

Popular posts from this blog

TERJEMAH, TAFSIR, TA’WIL DAN TERJEMAH TAFSIRIYAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1        LATAR BELAKANG Al-Qur'an seperti diyakini kaum muslim merupakan kitab hidayah, petunjuk bagi manusia dalam membedakan yang haq dengan yang batil. Dalam Al-Qur'an itu sendiri menegaskan beberapa sifat dan ciri yang melekat dalam dirinya, di antaranya bersifat transformatif. Yaitu membawa misi perubahan untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan-kegelapan, Zhulumat (di bidang akidah, hukum, politik, ekonomi, sosial budaya dll) kepada sebuah cahaya, Nur petunjuk ilahi untuk menciptakan kebahagiaan dan kesentosaan hidup manusia, dunia-akhirat. Dari prinsip yang diyakini kaum muslim inilah usaha-usaha manusia muslim dikerahkan untuk menggali format-format petunjuk yang dijanjikan bakal mendatangkan kebahagiaan bagi manusia. Maka dari pernyataan itu pulalah, konsep tentang manusia dan identitasnya dalam menjabarkan misi kekhalifahan dan ubudiyyah di muka bumi menjadi penentu yang determinan dalam proses mengkaji dan memahami teks suci yang d

bagan sejarah aritmetika

Berisikan ruang lingkup, cabang, dan tokoh aritmatika dari tahun 973 - 1429